MAKALAH APLIKATIF
SKENARIO MODELING
Tahap 1
Konseli : “Assalammualaikum” (sambil mengetuk pintu ruangan BK)
Konselor : “Waalaikumsalam” (diucapkan setelah membuka pintu ruangan BK)
Konseli : “Selamat pagi, Bu!” (sambil tersenyum)
Konselor : “Selamat pagi Dinda, ayo silahkan masuk (dengan menjabat
tangan Dinda). Silahkan duduk Dinda! Pilih kursi yang kamu rasa nyaman
untuk duduk disini.”
Konseli : “Terima kasih Bu, saya duduk disini saya.”
Konselor : “Apakah kamu sudah merasa nyaman duduk disitu?”
Konseli : “Iya Bu, saya nyaman duduk disini.”
Konselor : “Bagaimana kabarmu hari ini?” (Topik netral)
Konseli : “Alhamdulillah kabar saya hari ini baik- baik saja Bu!”
Konselor : “Kemarin kan sekolah kita ini mengadakan berbagai lomba
dalam rangka memeriahkan Diesnatalis SMAN 1 Malang yang ke-45. Nah
kelasmu ikut lomba apa saja?”
Konseli : “Kemarin kelas saya mengikuti lomba menghias tumpeng dan juga lomba parade band, Bu.”
Konselor : “Wah, pasti seru sekali ya? Dinda jadi pegang apa? Atau jangan- jangn sebagai penyanyinya?”
Konseli : “Saya tidak pegang apa-apa Bu, saya hanya sebagai penyemangat di bawah panggung.”
Konselor : “Kenapa? Apakah kamu tidak suka dengan musik?”
Konseli : “Itu dia Bu masalahnya, saya kurang PD jika harus tampil di
depan umum apalagi dalam acara yang besar seperti itu. Untuk itu juga
kenapa saya datang ke ruang BK ini, karena ada yang ingin saya ceritakan
pada Ibu mungkin Ibu bisa membantu apa yang sedang saya alami ini.”
Konselor : “Kamu ingin bercerita apa kepada Ibu? Lanjutkan. Ibu selalu siap mendengarkan ceritamu.”
Konseli : “Sebetulnya saya sendiri juga bingung bu dengan apa yang saya
alami. Saya merasa diri saya sangat malu dengan teman-teman saya jika
saya disuruh berbicara, rasanya canggung sekali. Apakah ini karena saya
belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah saya ini? Saya merasa
diri saya hanya sendirian.”
Konselor : “ehmm, lalu?”
Konseli : “Saya merasa tidak memiliki teman yang sangat akrab sekali
dengan saya. Yang bisa saya ajak untuk cerita, curhat, bercanda, dll.”
Konselor : “Apakah yang kamu rasakan dan membuat kamu berfikir seperti itu?”
Konseli : “Saya merasa tidak PD untuk bergaul dengan teman-teman. Jadi
saya merasa takut untuk bergaul apalagi ngobrol maupun bercanda bersama
dengan teman-teman baru. Saya takut mereka menolak saya. Dulu saya
pernah punya pengalaman tidak menyenangkan waktu saya masih SMP. Saat
saya berusaha berteman dengan seseorang, dia malah menolak dan
mengacuhkan saya, saya kecewa sekali Bu saat itu, Sejak kejadian itu
saya jadi merasa minder dan tidak PD saat harus memulai hubungan denga
orang lain atau lingkungan baru”
Konselor : “Ibu mengerti apa yang kamu rasakan (Acceptance). Yang kamu
butuhkan dan inginkan adalah ingin merasa nyaman dan PD dalam bergaul
bersama teman- teman?”
Konseli : “Iya, Bu. Saya sedih sendirian terus menerus, tetapi ketika
saya ingin memulai berkomunikasi dan bercanda dengan mereka saya merasa
sangat canggung sekali Bu.”
Konselor : “Iya, Ibu mengerti perasaanmu. Kamu tahu? Sebelum kamu
mencoba, kamu tidak akan tahu bagaimana hasilnya. Coba kalau kamu berani
untuk memulai menyapa atau memulai pembicaraan dengan mereka, tentunya
nanti mereka akan merespon denga baik. Dan mungkin sebenarnya mereka
ingin sekali berteman akab dengan kamu. Masalahnya perasaan trauma
karena ditolak oleh temanmu itu adalah masa lalu, siapa tahu peristiwa
yang kamu hadapi tidak sama seperti perisitiwa yang kamu alami dulu.
Sehingga perasaan takut dan kecewa itu tidak perlu kamu rasakan sampai
sekarang, jadi kamu bisa lebih percaya diri dan tidak takut lagi
berteman dengan orang-orang yang baru”
Konseli : “Iya Bu, Saya mengerti apa yang Ibu maksudkan. Tapi saya masih
sangat sulit mengubah perasaan saya. Saya sulit memulai pembicaraan
dengan teman atau merespon ajakan mereka, saya bingung harus memulai
dengan sikap bagaimana, dimulai darimana, dan dengan perkataan seperti
apa”
Konselor : “Baiklah, karena kamu merasa kesulitan dengan hanya
memikirkan atau membayangkan solusi permasalahanmu, kita akan memainkan
permaianan peran. Teknik ini dapat membantu kamu untuk memahami dengan
lebih mudah bagaimana untuk dapat bertingkah laku dengan tepat dalam
bergaul denga teman-temanmu. Pemeranan tingkah laku ini dapat diperankan
oleh saya sendiri, atau kamu ingin salah seorang temanmu dikelas untuk
bermain peran bersama kita”
Konseli : “Baik Bu, tapi saya nervous…”
Konselor : “Baiklah, kalau kamu ingin bantuan seorang teman untuk
bermain peran bersama kita tidak apa-apa. Saya tekankan disini adalah
bagaimana kamu dapat memahami dan mengambil pelajaran untuk mencontoh
setiap perilaku positif yang akan ditunjukkan oleh model kita nanti”
Konseli : “Iya Bu, saya rasa saya sudah tahu siapa yang bisa
membantu saya, Meta saja Bu, dia anaknya pendiam juga jarang berbaur
dengan teman-teman seperti saya. Dengan saya pun juga tidak terlalu
dekat. Baiklah Bu, saya mohon pamit dulu, besok saya akan menemui Ibu
bersama dengan Meta. Terima kasih ya Bu”
Konselor : “Sama-sama, Ibu menunggu kedatanganmu bersama Meta,”
Konseli : “Iya Bu. Baiklah Bu saya pamit dahulu, Assalamualaikum”
Konselor : “Walaikumsalam”
Tahap 2
Konseli : “Assallamualaikum”(datang bersama Meta ke ruangan BK, mengetuk pintu dan juga memberikan salam )
Konselor : “Waalaikumsalam, mari silahkan masuk”(sambil menjabat tangan
mereka dengan bergantian sambil mempersilahkan duduk) silahkan pilih
tempat duduk ditempat yang kalian suka dan kalian rasa nyaman”
Konseli : “Iya Bu, saya duduk di sini saja Bu.”(Meta mengikuti Dinda dibelakangnya)
Konselor : “Hallo Meta bagaimana kabarmu hari ini?”(Topik Netral)
Konseli : “Alhamdullillah kabar saya hari ini baik- baik saja, Bu.”
Konselor : “Apakah kamu sudah diberi tahu kenapa kamu diajak kesini oleh Dinda?”
Konseli : “Sudah Bu, Dinda sudah memberitahukan saya kok. Saya ikhlas untuk membantunya berubah ke arah yang lebih baik lagi.”
Konseli : “Terima kasih ya Meta.”
Konselor : “Alhamdulillah, sesama teman harus saling membantu dan
memudahkan ya?! Dengan kedatangan Meta ini, selanjutnya kita akan
memerankan skenario ini. Dinda membutuhkan contoh dari Meta untuk
memerankan peran Dinda dulu. Saya akan menjadi temanmu yang mencoba
ingin berteman dan bergaul denganmu, dan silahkan Meta merespon saya
nantinya ya?!”
(menyalurkan demonstrasi model tersebut dalam urutan skenario)
Konselor (sebagai teman) : “Selamat pagi Din, kenapa kamu sendirian kelas? Kenapa
tidak bergabung dengan teman-teman di kantin?”
Meta (sebagai konseli) : “Aku…Aku tidak. Tidak ada apa-apa kok,”(Meta tetap duduk)
Konselor (sebagai teman) : “Hei, pasti menyenangkan bergabung dengan
teman-teman di kantin. Kita bisa saling bercerita, tertawa, akan semakin
mengenal dan menyayangi. Ayo, kutemani kamu kesana,” (konselor
menggandengar Meta)
Meta (sebagai konseli) : “Mmm…Baiklah aku ikut denganmu. Tapi nanti temani aku ya? Aku belum begitu dekat dengan teman-teman,”
Konselor (sebagai teman) : “O, dengan senang hati Dinda,” (tersenyum)
(meminta konseli untuk menyimpulkan apa yang ia lihat setelah demonstrasi tersebut)
Konselor : “Nah Dinda, apa yang bisa kamu amati, pahami, dan simpulkan dari contoh adegan tadi?”
Konseli : “Ternyata sebenarnya tidak begitu menakutkan untuk memulai
bergaul dengan mereka, Bu. Mungkin sebenarnya mereka juga mengharapkan
saya untuk bersama mereka seperti tadi. Berarti…tidak semua orang
menunjukkan respon yang sama seperti pengalaman yang saya alami dahulu
yang tidak mengenakkan?”
Konselor : “Iya, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi kalau kita
tidak mencobanya terlebih dahulu. Banyak orang-orang baik, hal-hal
positif dan menyenangkan yang bisa kamu dapatkan bersama teman-temanmu
yang baru.”
Konseli : “Ehmm…”(mengangguk-ngangguk)
Konselor : “OK. Setelah kamu mengamati Meta memainkan peranmu tadi,
sekarang kamu berani kan untuk memainkan peranmu sendiri? Menunujukkan
sikap-sikap dan tingkah laku yang lebih positif, seperti Meta tadi,”
Konseli : “Iya Bu, InsyaAllah saya bisa.”
Konselor : “Ya sudah, ayo kita ulangi peranan itu tadi. Kamu perankan
sebagi dirimu sendiri. Jika ditengah adegan ini kamu merasakan perasaan
cemas atau lagi dan kesulitan merespon, maka kamu boleh diam dulu,
jangan mengucapkan apa-apa untuk menetralisir perasaan itu, ok?”
Konseli : “Baik Bu,”
(adegan diulangi dengan konseli memainkan peran dirinya sendiri)
Konselor (sebagai teman) : “Selamat pagi Dinda, kenapa kamu sendirian
disini? Kenapa tidak bergabung dengan teman-teman di kantin?”
Konseli (sebagai diri sendiri) : (Terdiam sejenak, lalu berkata)”Aku…Aku tidak ingin,” (Meta tetap duduk)
Konselor (sebagai teman) : “Hei, pasti menyenangkan bergabung dengan
teman-teman. Kita bisa saling bercerita, tertawa, kita akan semaikn
mengenal dan menyayangi. Ayo, kutemani kamu kesana,” (konselor
menggandeng Meta)
Konseli (sebagai diri sendiri) : “Ehmm…Baiklah aku ikut dengan mu. Tapi
nanti temani aku ya? Aku belum begitu dekat dengan teman-teman.”
Konselor (sebagai teman) : “O, dengan senang hati Dinda,”(tersenyum)
(Refleksi) konselor memberikan evaluasi apa yang telah dilakukan oleh meta.
Konselo : ”Nah itu kamu bisa melakukannya, bagaimana perasaanmu saat kita bermain tadi?”
Konseli : “Saya agak takut memulainya Bu, tapi setelah saya coba, tidak seburuk yang saya bayangkan”
Konselor : “Berarti perasaan takutmu untuk memulai hubungan dengan orang lain sudah agak menurun?”
Konseli : “Setelah menemukan hal yang positif, perasaan takut saya jadi berkurang,”
Konselor : “Ya, sekarang yang perlu kamu lakukan coba kamu terapkan tingkah laku tadi dengan teman-temanmu nantui dikelas,”
Konseli : “Iya Bu, saya akan berusaha untuk mencobanya Bu”
Konselor : “Baiklah, Ibu rasa cukup untuk pertemuan hari ini, kalian
bisa kembali ke kelas, Ibu tunggu perkembangannya dari kamu Din, Untuk
Meta, terima kasih sudah membantu”
Meta : “Iya Bu, sama-sama,”
Konseli : “Terima kasih Bu atas bantuannya, saya akan segera memberi kabar pada Ibu, terima kasih Bu,”
Konselor : “Sama-sama. Jika kalian ada yang ingin dibicarakan atau mungkin sekedar curhat, kalian bisa menemui Ibu.”
Konseli : ”Terima kasih Bu, kami mohon diri.
Assalamulaikum…” (sambil berdiri, berjabat tangan lalu berjalan menuju pintu keluar ruangan BK)
Konselor : “Iya, sama-sama, Wa’alaikumsalam” (sambil berjalan menyongsong mereka keluar dari ruang BK)
Verbatim Konseling Individu "Percaya Diri"
Posted by
Unknown
on Saturday, January 26, 2013
Labels:
Materi BK
1 comments:
Ini pake pendekatan konseling apa ya?
Post a Comment